Open Casting Abdul dan Maria di Mulai 19 Agustus 2023 di Kendari.
Kendari Redplatenews.com ditengah ancaman potensi keretakan anak bangsa, sebuah film yang secara khusus berkisah tentang sejatinya toleransi antar umat beragama, nasionalisme, cinta, spiritual dan fitrah manusia karya Jaya Tamalaki yang bertajuk Abdul & Maria diangkat dari cerita novel karya beliau sendiri dengan judul yang sama, segera hadir di Tanah Air.
Menurut Jaya yang juga penulis Novel Inong Balee 1599 ini, film Abdul & Maria direncanakan tayang di bulan Februari tahun depan bertepatan dengan hari valentine Film ini akan melibatkan setidaknya 500 orang yang akan dipilih melalui Open Casting yang diperuntukkan bagi para generasi muda khususnya wilayah Indonesia Timur yang siap beradu peran dengan pemain film papan atas.

Open Casting akan dimulai pada 19 Agustus mendatang yang lokasinya terpusat di Sulawesi Tenggara, dimulai dari Kota Kendari kemudian menyebar ke 16 Kab/Kota. Info lengkap bisa mengunjungi akun Instagram @sultramelaju.
Sedikit bocoran, Film Abdul & Maria bercerita tentang seorang pemuda daerah Sulawesi Tenggara Bernama Abdul yang memiliki hobi sebagai fotografer, putra tunggal Kepala Dinas Kemenag Sultra. Lalu Maria seorang penganut agama katolik taat, putri dari pasangan Paulus Alexsandro Yohakim mantan diplomat Italia untuk Indonesia dan wanita pengacara asal solo.
Profesi Maria sebagai seorang Arkeolog lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) mengantarkannya ke Sultra untuk meneliti situs-situs sejarah. Kemudian Abraham Yusak, yang dipanggil Bram, seorang arkeolog asal Italia beragama Yudaisme (Yahudi).
Maria, Bram, dan 2 rekan Maria lainnya yaitu Greci dan Rosa tertarik meneliti Goa Tengkorak di Pulau Labengki, Sultra. Menurut Maria, simbol-simbol yang ada di dalam berbagai tulisan dan gambar di Goa Tengkorak tersebut boleh jadi berhubungan dengan budaya dan kepercayaan mitologi bangsa Mesir Kuno dan Yunani. Ketertarikan Maria dengan Goa Tengkorak yang ada di Pulau Labengki.
bermula dari foto-foto yang diposting ke laman media sosial milik Abdul.
Bram diam-diam menyimpan rasa cinta kepada Maria. Namun Maria diam-diam menyimpan rasa terhadap Abdul dan begitu juga Abdul. Terjadilah cinta segi tiga antara Abdul, Maria, dan Bram yang berbeda latar belakang sosial, budaya dan agama. Selain sisi romansa, film ini juga menceritakan sisi tragedi dan kekacauan akibat serangkaian misteri pembunuhan yang dialamatkan kepada tim ekspedisi hingga melibatkan pemerintah Indonesia dan Italia.

Abdul sebagai pemandu tim ekspedisi harus berjibaku menolong dan menyelamatkan rekan-rekannya dari tragedi dan kekacauan tersebut. Aksi heroic Abdul membuat Maria yang selama ini membentengi hatinya perlahan-lahan mulai runtuh yang akhirnya mengutarakan isi hatinya kepada Abdul, namun keduanya sadar jika ada jurang yang terlalu lebar menghalangi keduanya.
Upaya keluarga Abdul dan Maria memisahkan keduanya karena alasan keyakinan dan status sosial, berakhir sebaliknya.
Situasi dramatis, dan pengorbanan Abdul dalam upaya menyelamatkan Maria dan kawan-kawan, akhirnya secara natural menghapus semua alasan untuk memisahkan keduanya. Sehingga tergenapilah apa yang dikatakan dalam sepenggal dialog dari film ini, “Kita memang berbeda secara keyakinan, tetapi sefitrah secara kemanusiaan”
Diakhir cerita, film yang secara makna mengisahkan percintaan spiritual antara ayahanda Rasulullah SAW (Abdullah) dan Ibunda dari Yesus Kristus (Maria) berhasil menghabisi semua argumen dan alasan penentang cinta Abdul & Maria. Akhirnya, keduanya menjalani takdir cinta yang harganya sangat mahal. Kisah dramatis film ini, melampaui kisah cinta Romeo dan Juliet. Sehingga kita sampai pada kesimpulan bahwa cinta adalah jawaban dari semua pertanyaan dan perbedaan.
“Tuhan menciptakan manusia dalam berbagai bangsa tetapi mengikatnya dalam satu fitrah cinta dan kemanusiaan yang sama” Tutup Jaya Tamalaki. Red/Is